Berdasarkan apa yang saya rasakan dan alami ketika ingin mulai menulis sesuatu, cara yang paling sederhana dan mudah adalah dengan cara mengobrol bersama pairing partner menulis. Mengobrol dengan santai tanpa harus dibebani oleh keharusan menyimpulkan sesuatu berupa ide yang akan jadi premis tulisan. Dari obrolan santai biasanya akan muncul gagasan.
Cerpen saya yang berhasil masuk 20 besar sayembara indiebookcorner dari 500an penulis nasional, dimulai dengan obrolan juga. Lebih tepatnya pengalaman. Cerpen memang fiksi, namun tetap bersentuhan dengan realitas. Ibarat sungai, hilirnya adalah karya, hulunya memang fiksi, namun tetap melewati aliran yang sarat dengan kondisi batin, pengalaman, dan endapan pemikiran penulis dari realitas yang dirasakannya.
Saya tawarkan 10 hari kerja. Dengan rincian sehari pertama mencari gagasan dan menentukan premis. Hari kedua, merancang kisah yang akan menyelimuti premis yang sudah ditentukan, termasuk karakter, plot, gaya bahasa, kerangka, dan seterusnya. Hari ketiga sampai hari ke delapan, mulai menulis. Hari kesembilan dan kesepuluh masuk proses penyuntingan, pengecekan typografi dan membaca ulang kembali keseluruhan teks. JIka sudaj dirasa tak ada lagi perubahan, maka naskah akan selesai di hari kesepuluh.
Kembali ke soal cerpen. Hal pertama yang menjadi pertanyaan saya adalah, untuk peruntukkan apakah cerpen ini? Lomba? Dikirim ke koran? Atau untuk karya pribadi? Setiap peruntukkan memiliki perbedaan tersendiri. Terima kasih.